Kamis, 26 Januari 2012

Urgensi Agama dalam Bimbingan Psikologi dan Terapi Medik

Oleh: Nashruddin Hilmi, M.Pd.I.
Para ahli sependapat bahwa manusia bukanlah makhluk bio-psiko-sosial semata, melainkan juga bio-psiko-spiritual. Pandangan bahwa dimensi spiritual merupakan aspek penting dalam upaya pembentukan manusia modern telah menjadi fenomena global. Pada tahun 1984, Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam sidang umumnya telah merekomendasikan bahwa dimensi spiritual setara pentingnya dengan dimensi-dimensi fisik, psikologik, dan psiko-sosial . Bahkan hubungan antara bidang Psikologi dengan agama ini telah mulai diprogramkan secara formal dan dengan dasar-dasar ilmiah sejak meletusnya perang dunia II pada tahun 1941. Organisasi Kedokteran Jiwa se-Dunia (World Psychiatric Association) dalam Kongres IX di Rio de Janiero, Brazil pada tahun 1993, telah membentuk seksi khusus, yakni "Psychiatry and Religion". Demikian pula Ikatan Dokter Ahli Jiwa Amerika (American Psychiatry Association / APA), sejak tahun 1995 telah membentuk komite khusus: Committe on Psychiatry and Religion.
Pendekatan agama menjadi alternatif yang sangat penting dalam proses terapi medik dan psikoterapis. Di New York ada satu klinik yaitu "Religio-Psychiatric clinic" yang menempatkan agama sebagai peran penting dalam prakteknya. Pemeriksaan dan pengobatan pasien-pasien dilakukan oleh ahli-ahli kedokteran dan ahli-ahli agama bersama-sama . Sementar itu Prof. Dr. C.C. Jung dalam bukunya "Modern man in search of a soul" mengisyaratkan akan arti penting agama dalam ilmu kedokteran. Ia mengatakan, diantara sekalian pasien saya yang tuanya sudah lebih dari separo umur - lebih dari 35 tahun - tidak ada seorangpun yang faktor kejiwaan penyakitnya pada akhirnya tidak berhubungan dengan agama . Sementara Dr. D.B. Larson dalam pelbagai penelitian, menyimpulkan: dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini komitmen agama sebagai sesuatu kekuatan tidak bisa diabaikan .
Lebih lanjut Prof. J.G. Mackenzie menegaskan, "The success of the psychotherapist are achieved not because he has a thorough knowledge of general medicine, nor even because of his knowledge of neurology but in virtue of his pastoral ability". Hasil-hasil baik ahli pengobatan-kejiwaan tidak diperolehnya karena pengetahuannya yang sempurna, tentang ilmu kedokteran umum, malahan juga tidak karena ia ahli dalam ilmu penyakit saraf, melainkan karena kecakapannya di lapangan agama .
Di Florida, Amerika Serikat ada sebuah lembaga penelitian tentang penyembuhan penyakit jiwa melalui daya pengaruh bacaan al-Qur'an dalam berbagai kasus penelitian atau percobaan yang terdiri dari kelompok orang yang mengerti bacaan al-Qur'an dan kelompok yang tidak mengerti bacaan al-Qur'an yang harus mendengarkan bacaan al-Qur'an. Hasilnya, kelompok pertama dapat memperoleh kesembuhan secara bertahap, sedangkan kelompok kedua bisa memperoleh kesembuhan pula tapi tidak seintensif kelompok pertama. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan agama sangat berpengaruh dalam bimbingan psikologi.
Dr. Hadfield setelah bertahun-tahun melakukan praktek pengobatan-kejiwaan menyimpulkan, "I have attemted to cure nervous patients with suggestion with quietness and confidence, but without success until I have linked these suggestions on to that faith in the power of God". Saya telah mencoba menyembuhkan penderita kerusakan keseimbangan saraf dengan jalan memberikan dorongan ketenangan dan kepercayaan, tetapi usaha ini baru berhasil baik sesudah ia berhubungan dengan keyakinan akan kekuasaan Tuhan .
Dr. Elmer Hess, seorang ketua Perhimpunan Dokter Amerika tahun 1954 menyatakan, "A physician who walks in to a sick room is not alone. He can only minister to the ailing person with the material tools of medicine - his faith in higher Power does the rest. Show me the doctor who denies the existence of the Supreme Being and I wil say that he has no right to practice the healing art". Seorang dokter yang masuk kamar-sakit tidaklah seorang diri. Ia hanya dapat menolong seorang penderita dengan alat kedokteran - keyakinannya akan Kekuasaan yang lebih tinggi mengerjakan sekalian yang ada. Kemukakanlah seorang dokter yang menyangkal adanya Dzat Yang Maha Tinggi itu maka saya akan katakan bahwa ia tidak berhak mempraktekkan ilmu kedokteran .
Pentingnya faktor agama di bidang psikiatri dan kesehatan jiwa juga bisa dilihat dari pernyataan Prof. Daniel X. Freedman. Menurutnya, di dunia ini ada dua lembaga besar yang berkepentingan dengan kesehatan manusia: profesi kedokteran jiwa dan lembaga keagamaan. Kedua lembaga ini dapat bekerjasama secara konstruktif guna meningkatkan taraf kesejahteraan dan kesehatan jiwa .
Dr. Robert C. Peale, seorang doketr ahli bedah menyatakan manfaat agama, ia mengatakan, "Because of the abdding faith and trust the injured or sick person has in Almighty God, as a surgeon I consistantly see recoveries that were thought imposssible. I also poor results because of an attempted cure by religion or science alone. I am therefore cinvinced that there is a definite and fixed relationship between religion and science and that God has given us both as weapon nite and fixed between religion and against desease and unhappines, but administered together for the benefit of minkind , their possibilities are unlimited". Berkat kepercayaan si luka atau si sakit yang bersangkutan, saya sebagai seorang dokter ahli bedah selalu melihat penyembuhan-penyembuhan yang disangka tidak mungkin. Saya melihat pula hasil-hasil yang tidak menyenangkan karena percobaan penyembuhan dengan agama saja atau dengan ilmu pengetahuan saja. Oleh karena itu saya berkeyakinan bahwa ada hubungan yang pasti dan tetap antara agama dan ilmu pengetahuan, dan Tuhan telah memberikan kepada kita kedua-duanya sebagai senjata untuk melawan penyakit dan kesedihan. Bila kedua-duanya dipakai bersama-sama untuk kepentingan manusia, maka kemungkinan-kemungkinan - akan hasil yang baik - tidak ada batasnya . Di Lourdes, jelas dirasakan bahwa terjadi penurunan keberhasilan pengobatan dikarenakan penderita yang datang bukan lagi orang-orang yang khusyu' dalam beragama . Hal ini mengindikasikan bahwa agama memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu pengobatan medis.
Sementara itu, Dadang Hawari mengatakan bahwa terapi psikologi religius berupa do'a dan dzikir memegang peran penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit . Fenomena yang saat ini kita lihat, khususnya di Indonesia adalah bahwa masyarakat sudah mulai menyadari akan arti penting pendekatan religius ini sebagai salah satu jalan bagi penyembuhan. Munculnya berbagai jama'ah dzikir dalam upaya penyembuhan dan mencapai ketenangan jiwa banyak merebak, misalnya yang dipimpin oleh Ilham Arifin.
Sering dijumpai, bahwa pada saat-saat terakhir hayatnya, keimanan pasien berubah disebabkan persuasi agamawan . Dalam konteks ini bisa diterapkan terapi religius: kematian bagi seorang Muslim tidak perlu dicemaskan karena semua manusia akan mengalaminya. Ketentraman hati dapat diberikan kepada pasien dengan mengingat firman Allah dalam Surat Al-An'am ayat 162.
Artinya:
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, tuhan Semesta Alam" .

Dari uraian di atas, jelas bahwa pendekatan keagamaan sangat diperlukan dalam kegiatan psikologi atau bimbingan guna menuju kesembuhan pasien di sebuah rumah sakit. Hal ini karena agama merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia.

B. PENYAKIT KEJIWAAN
Pada bagian ini, akan dikemukakan tentang pengertian penyakit jiwa, antara gangguan kejiwaan dan sakit jiwa itu sendiri, serta macam-macam penyakit jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar