Kamis, 26 Januari 2012

Pengertian dan Prinsip-Prinsip Bimbingan Psikologi Islami

Oleh: Nashruddin Hilmi, M.Pd.I.

Bimbingan psikologi Agama adalah suatu upaya memberikan bantuan pemecahan problema individu dengan melalui proses pencerahan batin lewat potensi keimanan yang semakin kuat berpengaruh dalam pribadi, sesuai dengan agama yang dianutnya. Secara khusus, bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan psikologi sebagai sebuah metode penyembuhan jiwa dengan keimanan ini harus berpusat pada berbagai kontribusi ilmu pengetahuan dan logika yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits Nabi. Karena keyakinan pribadi yang berupa iman merupakan faktor yang berfungsi sebagai kekuatan penyembuh terhadap penyakit rohaniah.
Definisi bimbingan psikologi Islami sendiri tidak bisa dilepaskan dari psikologi Islami sebagai landasannya, yaitu:
1) Psikologi Islami ialah ilmu yang mempelajari tentang manusia, terutama kepribadiannya, yang bersifat filosofis, teoritis, metodologis, dan pendekatan problematis dengan didasari sumber-sumber formal Islam (al-Qur'an dan Hadits).
2) Psikologi Islami iala konsep psikologi modern yang telah mengalami filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam.
3) Psikologi Islami adalah perspektif Islam terhadap psikologi modern dengan membuah konsep-konsep yang tidak sesuai dengan Islam.
4) Psikologi Islami adalah ilmu tentang manusia yang kerangka konsepnya benar-benar dibangun dengan semangat Islam dan memenuhi syarat ilmiah.
5) Psikologi Islami ialah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, baik dalam interaksi pribadi, lingkugan sekitar, dan alam kerohanian, dengan tujuan meraih kesehatan mental dan kualitas keberagamaan.
Dengan demikian, dalam bimbingan psikologi Islami, dalam memandang manusia harus dikembalikan kepada pandangan Islam sendiri terhadap manusia, baik hakekat, kedudukan, maupun tujuan hidupnya. Artinya, dalam bimbingan psikologi Islami, pandangan tentang hakekat manusia merupakan landasan filosofis yang mendasari proses pelaksanaan bimbingan tersebut. Pandangan tentang hakekat manusia dalam bimbingan psikologi Islami tersebut, sebagaimana disebutkan Faqih, antara lain adalah bahwa:
1) Manusia merupakan makhluk monopluralis, yaitu jasmani dan rohani dengan segenap potensinya.
2) Manusia mempunyai empat fungsi, yaitu sebagai makhluk Allah SWT; sebagai makhluk individu; sebagai makhluk sosial; dan sebagai makhluk berbudaya.
3) Manusia memiliki sifat-sifat utama dan hawa nafsu
4) Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.
Adapun tujuan bimbingan Psikologi Islami adalah:
1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah; sesuai dengan sunatullah; sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.
2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran Islam).
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya; mengabdi dalam arti seluas-luasnya.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa bimbingan psikologi religius Islami merupakan bimbingan psikologi yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada prinsip-prinsip ajaran agama Islam dan berupaya mengarahkan jiwa manusia agar tetap dalam garis ketentuan-ketentuan agama Islam, sesuai dengan fitrahnya. Sehingga terbentuk jiwa yang perilakunya selaras dan sesuai dengan fitrah, hakekat, kedudukan dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Secara khusus, Willis mengemukakan beberapa prinsip bimbingan konseling Islami, yaitu:
1) Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
2) Melihat klien sebagai subyek dan hamba Allah
3) Menghargai klien tanpa syarat
4) Dialog Islami yang menyentuh
5) Keteladanan pribadi konselor.
Sementara Faqih, menyebutkan adanya beberapa azas yang harus dijadikan sebagai landasan berpijak dalam bimbingan dan konseling Islami, yaitu:
1) Azas kebahagiaan dunia dan akhirat; keseimbangan dalam memperhatikan terwujudnya individu yang bisa bahagia dunia dan akhirat.
2) Azas fitrah; memperhatikan, memahami dan menghayati fitrah kemanusiaan-nya dengan segenap potensi, kelebihan dan kelemahannya.
3) Azas "li Allah ta'ala"; bimbingan dan konseling dilaksanakan semata-mata karena Alla ta'ala, mencapai keridlaan-Nya.
4) Azas bimbingan seumur hidup; bimbingan yang bisa bermanfaat sepanjang hidup dan bisa dilaksanakan pada segenap lapisan usia manusia.
5) Azas kesatuan jasmaniah dan rohaniah; adanya perhatian yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani.
6) Azas keseimbangan roaniah; unsur daya pikir, daya rasa dan penghayatan, kehendak atau nafsu sebagai kodrat kemanusiaan harus diperhatikan secara seimbang dan terpenuhi dengan baik.
7) Azas kemaujudan individu; memandang individu dengan segenap eksistensinya, hak-haknya, keunikanya, kemerdekaannya, serta potensi fundamental rohaniahnya.
8) Azas sosialitas; memahami individu sebagai makhluk sosial yang memiliki rasa cinta kasih, kebutuhan rasa aman, penghargaan, rasa memiliki, dan sebagainya.
9) Azas kekhalifahan; memperhatikan dan menyadari kedudukan manusia sebagai khalifah, makhluk yang berbudaya, yang memelihara dan menjaga keseimbangan alam.
10) Azas keselarasan dan keadilan; memberikan kesadaran akan arti penting keselarasan, keadilan, hak-hak orang lain, hak alam semesta, dan juga hak Tuhan.
11) Azas pembinaan akhlak al-karimah; sifat-sifat yang baik merupakan sifat yang dikembangkan dalam bimbingan ini.
12) Azas kasih sayang; hanya dengan kasih sayang keberhasilan bimbingan bisa tercapai, karena kasih sayang bisa menundukkan banyak hal.
13) Azas saling menghargai dan menghormati; antara konselor dan konseli hanya berbeda fungsinya saja, keduanya saling menghormati sebagai makhluk Allah SWT.
14) Azas musyawarah; adanya dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan terteka.
15) Azas keahlian; bimbingan harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut, serta memahami permasalahan dengan baik.
Dari uraian tersebut maka bisa disimpulkan bahwa bimbingan psikologi Islami merupakan bimbingan psikologi yang berlandaskan pada ajaran-ajaran agama Islam dengan memperhatikan hakekat kemanusiaan itu sendiri menurut pandangan ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar