Di pematang itu .....
anak negeri ......
diantara rerimbunan padi yang menguning
bulirnya melengkung ujungnya hampir menyentuh tanah
butirnya bergelayut berayun diterpa angin yang berhembus penuh gairah
butirnya berisi melambai ingin dituai
Di pematang itu .....
anak negeri .....
di lembah hijau berhias kilauan butir embun
bermandikan hangatnya mentari jingga keperakan
sinarnya menyibak awan menyeruak lembut di sela hijaunya dedaunan
hadirkan sketsa alam penuh nuansa warna
indahnya merengkuh dalam buai
Di pematang itu .....
anak negeri .....
di tengah orkestra musik alam yang mengalun
racikan suara merdu tingkah kepodang
bertalu burung balam dalam sarang
beriring nada gemericik air di sungai kecil yang berkelokan
sahdunya nina bobokkan jiwa dalam damai
Namun di pematang itu ....
anak negeri .....
berjalan terseok, terpeleset, tertatih-tatih,
oleh licinnya alur pematang dan ringkihnya tapak-tapak kaki
berwajah penuh daki, menyembul urat nadi memerah di dahi,
belepotan lumpur tanah penuh lintah, darahnya merembes,
lintahnya gemuk menggemaskan
berbalut baju kumal, kainnya sobek berlubang tambal sulam
bangsatnya berkeliaran di sela lipatan, gatalnya tak terperikan
Namun di pematang itu …
anak negeri …
berlarian bingung kian kemari, laksana anak ayam ditinggal induknya
berlompatan mengerang kesakitan,
duri-duri tajam berserakan, satu dua, menghunjam sampai ke ulu hati,
sakitnya tiada terperikan.
Anak negeri ...... menderita di negeri sendiri
Anak negeri ...... menderita di jamrud khatulistiwa
El-Halimy
08.00 -- April 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar